News Admin
Live
wb_sunny

Breaking News

Sumpah Pemuda, Kirab Remaja, dan Warisan Kepemimpinan Soeharto

Sumpah Pemuda, Kirab Remaja, dan Warisan Kepemimpinan Soeharto

Oleh: Dr. Nurul Hidayah, SE, M.Si — Ketua DPD PPUKRN Provinsi Maluku Utara

Jakarta— Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia kembali mengenang momen bersejarah yang melahirkan semangat persatuan — Sumpah Pemuda. Namun bagi sebagian anak bangsa, terutama mereka yang pernah mengabdi dalam Pasukan Utama Kirab Remaja Nasional (PUKRN), peringatan ini tidak sekadar seremoni. Ia adalah perjalanan panjang pembentukan karakter, kedisiplinan, dan cinta tanah air yang nyata.

Dr. Nurul Hidayah, SE, M.Si, Ketua DPD PPUKRN Provinsi Maluku Utara, menyampaikan bahwa semangat Sumpah Pemuda harus dimaknai sebagai energi moral untuk meneguhkan kembali persatuan di tengah tantangan zaman.

 “Sebagai purna Pasukan Utama Kirab Remaja, kami belajar bahwa semangat pemuda tidak lahir dari kenyamanan, tetapi dari pengorbanan dan tanggung jawab,” ujarnya.

Kirab Remaja bukan hanya perjalanan membawa bendera Merah Putih melintasi nusantara, tetapi juga perjalanan menumbuhkan jiwa nasionalisme sejati. Di setiap langkahnya, para pemuda diajak mengenal keragaman budaya, menghayati makna persatuan, dan menyadari betapa pentingnya peran generasi muda dalam menjaga keutuhan bangsa.

Jejak Kepemimpinan Soeharto dan Spirit Ketahanan Nasional

Dalam refleksinya, Dr. Nurul Hidayah menilai bahwa semangat kepemimpinan masa kini dapat mengambil pelajaran dari warisan strategis Presiden Soeharto, sosok yang kini telah diakui negara sebagai Pahlawan Nasional.

 “Terlepas dari kontroversi politik yang menyertainya, warisan kepemimpinan Soeharto menunjukkan nilai-nilai penting bagi bangsa — stabilitas, disiplin kolektif, dan keberanian mengambil keputusan strategis,” tulisnya.

Soeharto, lanjutnya, mampu mengarahkan pembangunan bangsa dari fondasi yang kuat: pertanian, ketahanan pangan, dan pemerataan ekonomi. Konsep Trilogi Pembangunan — stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan — menjadi pijakan kokoh dalam pembangunan nasional.

Menurut Dr. Nurul, generasi muda perlu belajar dari keberanian Soeharto yang menempatkan kepentingan rakyat di atas popularitas pribadi. 

“Meneladani Soeharto bukan berarti meniru bentuk pemerintahannya, tetapi menggali nilai-nilai kepemimpinannya: ketegasan, hasil nyata, dan keberpihakan pada rakyat kecil,” tegasnya.

Kepemimpinan sejati, katanya, tidak diukur dari banyaknya pujian, melainkan dari keberanian mengambil risiko demi kepentingan bangsa.

 “Pemuda hari ini harus punya keberanian yang sama — menentukan arah masa depan bangsa di tengah arus digitalisasi dan disrupsi nilai kebangsaan,” tulisnya lebih lanjut.

Kirab Remaja dan Laskar Pemuda Zaman Baru

Kirab Remaja, kata Dr. Nurul, adalah miniatur perjalanan bangsa. Di dalamnya, para pemuda diuji untuk menjadi pemimpin yang tangguh, terbuka, dan siap berkorban.

“Saat seorang purna kirab mengibarkan bendera Merah Putih di pelosok negeri, ia sebenarnya sedang menegaskan kembali Sumpah Pemuda — bahwa Indonesia hanya bisa kuat jika pemudanya saling mengenal dan menghargai,” ujarnya.

Kini, ketika kirab telah usai, tanggung jawab justru bertambah. Purna kirab harus menjadi teladan di masyarakat, menggerakkan solidaritas sosial, dan menjaga integritas di tengah derasnya arus digitalisasi dan perpecahan sosial.

Pemuda, lanjutnya, perlu menggabungkan ketegasan ala Soeharto dengan semangat kolaboratif dan transparan era modern. Nasionalisme masa kini tidak lagi cukup dengan slogan, tetapi harus diwujudkan dalam aksi kolektif membangun kemandirian bangsa.

Janji Pemuda untuk Indonesia

Menutup refleksinya, Dr. Nurul Hidayah menegaskan bahwa Sumpah Pemuda hari ini tidak cukup hanya diucapkan, tetapi harus diwujudkan dalam kerja nyata.

“Bagi kami para Purna Pasukan Utama Kirab Remaja, sumpah itu berbunyi sederhana namun dalam maknanya:

‘Kami putra dan putri Indonesia, berikrar akan melanjutkan perjuangan para pendahulu — dengan disiplin, karya, dan pengabdian untuk negeri.’”

Sumpah itu, katanya, bukan sekadar mengenang masa lalu, melainkan menyalakan api perjuangan baru — menjadikan pemuda bukan hanya simbol perubahan, tetapi kekuatan nyata dalam pembangunan Indonesia yang berdaulat, adil, dan bermartabat.(**) 

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar